Sabtu, 01 Desember 2012

Ekologi dan Prilaku Varanus salvator



Ekologi dan Prilaku
Biawak air merupakan karnivora liar yang biasanya mencari makan di lingkungan sekitar sungai atau danau. Hewan ini mempunyai kemampuan berenang yang baik dengan cara menggerakan tubuh berserta ekornya yang panjang ke arah lateral. Kemampuan ini digunakan biawak untuk mencari mangsa di dalam air terutama ikan.
Biawak air mempunyai kebiasaan berjemur di di siang yang biasanya dilakukan di atas pohon atau di darat dan memburu mangsa dengan cara berenang di dalam air. Hewan ini lebih aktif berburu dan berenang di siang hari. Pada saat cuaca mendung, biawak biasanya menjadi kurang aktif dan cenderung diam dalam sarangnya. Hewan ini membuat sarang dengan cara menggali tanah dengan kukunya yang kuat dan pada biawak kecil biasanya membuat sarang dengan cara melubangi batang pohon ( Perez Monica and Dwyer Quetzal 2007).
            Pada populasinya, biawak air mempunyai jantan dominan. Jantan dominan biasanya adalah jantan dengan ukuran terbesar pada populasi itu. Jantan dominan selalu memberikan tanda untuk menandai wilayah kekuasaannya sehingga apabila ada pejantan yang ukurannya lebih kecil melewati daerah yang telah ditandai itu, maka pejantan yang lebih kecil akan menyingkir. Tanda itu biasanya dibuat pada batang pohon dengar cara menggesekan tubuhnya terutama daerah leher .



Gambar 1 Cara biawak dominan menandai wilayahnya
( Sumber : Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry )

            Aktifitas reproduksi dan perkawinan biawak air sangat dipengaruhi oleh musim. Biawak air melakukan perkawinan ( mating) pada musim hujan karena apabila musimnya berbeda ( bukan musim hujan)  akan mempengaruhi perubahan hormonal pada biawak air jantan dan betina. Cara biawak air melakukan perkawinan adalah biawak jantan akan mendekati biawak betina sisi kiri atau sisi kanan. Apabila betina menolak untuk dikawini maka akan menunjukan aksi pertahanan. Aksi pertahanan ditunjukan dengan biawak betina mengeluarkan suara keras dari kerongkongan dengan membuka mulut sangat lebar, menggerakan tubuhnya menjauhi jantan , berdesis atau membalikan kepalanya pada pejantan yang datang.
Apabila betina menerima untuk dikawini ditandai dengan menurunkan tubuhnya sehingga menekan ke tanah , menurunkan lehernya , setelah itu memejamkan matanya dan tidak berontak. Biawak jantan akan mendekati betina dari arah samping (dari sisi kanan atau kiri). Setelah jarak antara keduanya berdekatan jantan akan mengangkat kaki belakangnya sehingga berada di atas ekor si betina dan ekor jantan dan betina jadi bersebelahan.
 Pejantan bergerak ke arah anterior sambil menjulurkan lidahnya sampai leher jantan tepat sejajar di atas leher betina. Jantan mendekatkan tulang pelvis nya ke tulang pelvis betina pada sisi kanan atau kiri. Setelah itu jantan akan mengangkat tulang kaki belakangnya dan mencoba mengangkat ekor betina dengan kakinya itu. Ketika ekor betina terangkat jantan akan memasukan salah satu hemipenisnya tergantung dari sisi mana dia berada. Pejantan akan mengalami ejakulasi dari hemi penis yang dipakai untuk kawin saja ( Cota 2011).

                        A                                                 B

                         C                                       D

Gambar 2 A,B,C,D  Biawak air melakukan perkawinan
(Sumber : Quarterly Journal of Varanid Biology and Husbandry )

            Biawak betina bunting melakukan penggalian sarang di pagi sampai sore hari. Ketika telah mencapai kedalaman yang cukup biawak betina yang sedang mengandung bunting akan mengeluarkan telurnya pada lubang tersebut. Biasanya proses pengeluaran ini dilakukan di pagi hari. Biawak betina bergerak ke atas lubang ( di rumput atau semak) lalu mulai mengeluarkan telur. Kedalaman lubang biasanya mencapai 30 cm.
Suhu di dalam lubang kurang lebih harus mencapai 25-26 oC , apabila kurang dari suhu itu telur akan gagal menetas. Biawak betina ini membuat tanah menekan telurnya agar suhu tetap terjaga .Biawak betina tidak memperhitungkan produksi telur dengan iklim yang ada. Telur biasanya akan menetas dalam kurun waktu  240 hari ( Perez Monica and Dwyer Quetzal 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar